Monday, July 14, 2014

Makalah Pengertian konsep, ruang lingkup




Daftar isi

BAB I       PENDAHULUAN                                                                     
Latar Belakang Masalah                                                                                                        
Rumusan masalah                                                                                                                  
Tujuan                                                                                                                                    

BAB II      PEMBAHASAN 
Pengertian Konsep                                                                                                                 
Pengertian ruang lingkup                                                                                                       
Hubungan Konsep dan ruang lingkup dengan ilmu yang lain                                               
Manfaat konsep dan ruang lingkup                                                                                       
Pengertian sejarah pendidikan Islam                                                                                     
Periodesasi sejarah pendidikan Islam                                                                                    
       Fase Ekspansi, Integrasi dan Puncak kemajuan (650 M-1000 M).                            
      Fase Disintegrasi (1000 M-1250 M)                                                                          
Periode Pertengahan (1250 M-1800 M)                                                                    
§        Fase Kemunduran (1250 M-1500 M                                                                           Fase Tiga Kerajaan Besar (1500 M-1800 M)                                                             
Periode Modern ( sejak 1800 M)                                                                                           

BAB III PENUTUP                                                                                                 
Kesimpulan                                                                                                                            
  
DAFTAR PUSTAKA                                                                                                                       







BAB I
PENDAHULUAN

1.      Latar Belakang Masalah
Mengenai aspek pendidikan yang biasa kita dengar, mungkin  sering kali terdapat istilah yaitu konsep, ruang lingkup. Akan tetapi tidak di pungkiri bahwa belum tentu kita mengenal secara detail dan jelas apa makna atau pengertian kata tersebut.

Disinilah kita akan mencoba membahas secara ringkas dan sekilas agar kita sedikit banyak mengetahui akan hal itu.

Dan juga pendidikan itu tidak sekejap mata muncul dan ada seperti sekarang ini. Semuanya peasti ada asal mula atau sejarahnya baik secara singkat atau perjalanan yang panjang. Itu semua ada tahapan atau periodesasinya.

      2.      Rumusan masalah
Apa pengertian konsep dan ruang lingkup?
Bagaimana hubungan konsep dan ruang lingkup dengan ilmu yang lain ?
Apa saja manfaat mempelajari konsep dan ruang lingkup !
Bagaimana Periodesasi sejarah pendidikan Islam !

       3.      Tujuan
Untuk mengetahui pengertian konsep dan ruang lingkup
Untuk memperoleh informasi tentang hubungan konsep dan ruang lingkup dengan ilmu yang lain
Untuk mengidentifikasi manfaat mempelajari konsep dan ruang lingkup
Untuk mengetahui Periodesasi sejarah pendidikan Islam







BAB II
PEMBAHASAN

      1.      Pengertian Konsep
Merupakan istilah yang digunakan untuk meng­gambarkan secara abstrak suatu objek.  Melalui konsep, diharapkan akan dapat menyederhana­kan pemikir­an dengan menggunakan satu istilah. 
Bila seseorang dapat menghadapi benda atau peristiwa sebagai suatu kelompok, golongan, kelas, atau kategori, maka ia telah belajar konsep”.
Konsep adalah ide abstrak yang dapat digunakan untuk mengadakan klasi­fikasi atau penggolongan yang pada umumnya dinyatakan dengan suatu istilah atau rangkaian kata”.
Orang yang memiliki konsep mampu mengadakan abstraksi terhadap objek-objek yang dihadapi, sehingga objek-objek ditempatkan dalam golongan tertentu.

Dari pengertian konsep yang telah diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa konsep adalah ide abstrak untuk mengklasifikasi objek-objek yang biasanya dinyatakan dalam suatu istilah sehingga seseorang dapat mengerti suatu konsep dengan jelas.  Dengan menguasai konsep seseorang dapat menggolongkan dunia sekitarnya menurut konsep itu.

      2.      Pengertian ruang lingkup
Pengertian dari ruang lingkup adalah batasan. ruang lingkup juga dapat dikemukakan pada bagian variabel-variabel yang diteliti, populasi atau subjek penelitian, dan lokasi penelitian. penggambaran ruang lingkup dapat kita nilai dari data karakteristik responden perlu dilakukan untuk memperoleh gambaran yang komprehensif tentang bagaimana keadaan responden penelitian kita, yang boleh jadi diperlukan untuk melihat data hasil pengukuran variabel-variabel yang diteliti.
Sebagai contoh ruang lingkup pada populasi dan sampel dapat digunakan jika penelitian yang dilakukan mengambil sampel sebagai subjek penelitian, akan tetapi jika sasaran penelitiannya adalah seluruh anggota populasi, akan lebih cocok digunakan istilah subjek penelitian, terutama dalam penelitian eksperimental.




3.      Hubungan Konsep dan ruang lingkup dengan ilmu yang lain
Hubungan konsep dan ruang lingkup dengan ilmu yang lain memang erat dan bertalian. Karena apabila sebuah bidang ilmu memakai konsep dan ruang lingkup maka pengembangan dan arah pencapaian ilmu itu akan terwujud dan mencakup akan materi yang ada.

Hal ini sesuai dengan kriteria :
Peran konsep sangat besar dalam aspek keilmuan
Konsep akan banyak menentukan pengembangan pembelajaran ilmu
Ruang lingkup yang luas akan semakin memperluas media ilmu
Ruang lingkup juga akan mendukung setiap ilmu pembelajaran

4.      Manfaat konsep dan ruang lingkup
Menegaskan sub - sub pada materi yang di tampilkan
Memperjelas arah pembelajaran secara teori
Memudahkan pemilihan dan pencarian materi pembelajaran
Mengintegrasikan pencapaian secara maksimal pada materi

            5.      Pengertian sejarah pendidikan Islam

Kata sejarah dalam bahasa arab disebut tarih,  yang menurut bahasa berarti ketentuan masa. Sedangkan menurut istilah berarti “keterangan yang telah terjadi dikalangannya pada masa yang telah lampau atau pada masa yang masih ada”. Kata tarih juga dipakai dalam arti perhitungan bumi, seperti  keterangan mengenai tahun sebelum atau sesudah masehi dipakai senutan sebelum atau sesudah tarih masehi. Kemudian yang  dimaksud dengan ilmu tarih , ialah “suatu pengetahuan yang gunanya untuk mengetahui keadaan-keadaan atau kejadian-kejadian yang telah lampau maupun yang sedang  terjadi dikalangan umat”.
            Dalam bahasa inggris sejarah disebut history, yang berarti “pengalaman masa lampau dari pada umat manusia” the past experience of mankind.
Pengertian selanjutnya memberikan makna sejarah sebagai catatan yang berhubungan dengan kejadian-kejadian masa silam yang  diabaikan dalam laporan-laporan dan dalam ruang lingkup yang luas. Kemudian sebagai cabang ilmu pengetahuan sejarah menganggap peristiwa-peristiwa masa silam , baik peristiwa sosial, politik, ekonomi, maupun agama dan budaya dari suatu bangsa, Negara atau dunia.
            Pokok persoalan sejarah senantiasa akan sarat dengan pengalaman-pengalaman penting yang menyangkut perkembangan keseluruhan keadaan masayarakat. Oleh sebab itu, “sejarah bukanlah peristiwa-peristiwa, melainkan tafsiran peristiwa-peristwa itu, dan pengetian mengenai hubungan –hubungan nyata dan tidak nyata, yang menjalin seluruh bagian serta memberinya dinamisme dalam waktu dan tempat”.
            Berangkat dari pengertian sejarah sebagaimana yang dikemukakan diatas, maka dapat dirumuskan pengertian tentang “ sejarah pendidikan islam” atau “Tarihut Tarbiyyah Islamiyyah” sebagai berikut
(a) keterangan mengenai pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Islam dari waktu ke waktu  yang lain, sejak zaman lahirnya Islam sampai dengan masa sekarang; dan
(b) cabang ilmu pengetahuan yang berhubungan dengang partumbuhan dan perkembangan pendidikan Islam, baik dari segi ide dan konsepsi maupun segi positif dan operasionalisme sejak zaman Nabi Muhammad SAW sampai sekarang.

              6.      Periodesasi sejarah pendidikan Islam

Secara garis besar Dr. Harun Nasution membagi sejarah Islam ke dalam tiga periode, yaitu periode klasik, pertengahan dan modern. Kemudian perinciannya dapat dibagi menjadi 5 masa, yaitu:

1     .       Masa hidupnya Nabi Muhammad Saw (571-632 M)
2     .      Masa khalifah yang empat (Khulafaur Rasyidin: Abu bakar, umar, Usman dan Ali di madinah/ 632 - 661)
3     .      Masa kekuasaan Umayyah di Damsyik (661-750M)
4     .      Masa kekuasaan Abasiyah di Bagdad (750-1250M)
5     .      Masa dari jatuhnya kekuasaan khalifah di Bagdad tahun 1250 M sampai sekarang.

Kaitannya dengan kajian pendidikan Islam di Indonesia, maka cakupan pembahasannya akan berkaitan dengan sejarah Islam di Indonesia dengan fase-fase sebagai berikut :
ü               Fase datangnya Islam ke Indonesia;
ü              Fase pengembangan dengan melalui proses adaptasi;
ü              Fase berdirinya kerajaan-kerajaan Islam Islam ;
ü              Fase kedatangan orang barat;
ü        Fase penjajahan jepang;
ü        Fase Indonesia merdeka; dan
ü              Fase pembangunan 
v                 Sejarah pendidikan Pendidikan Islam telah dibagi oleh Prof. Dr. harun Nasution dalam tiga periode, yaitu periode klasik, periode pertengahan dan periode modern.

1.      Periode Klasik
Periode klasik (650 M-1250 M) merupakan zaman kemajuan dan dibagi dalam dua fase, yaitu: 
  Fase Ekspansi, Integrasi dan Puncak kemajuan (650 M-1000 M).
Pada fase inilah dunia Islam meluas melalui Afrika Utara sampai ke Spanyol di Barat dan melalui Persia sampai ke India di Timur. Daerah-daerah tersebut tunduk kepada keluasaan khalifah yang pada mulanya berkedudukan di Madinah, kemudian di Damsyik dan terakhir di Baghdad.
Di masa ini pulalah berkembang dan memuncaknya ilmu pengetahuan, baik dalam bidang agama maupun non-agama, an kebudayaan Islam.
Zaman inilah yang menghasilkan ulama-ulama besar seperti Imam Malik, Imam Abu Hanifah, Imam Syafi’i dan Imam Ibn Hambal dalam bidang hukum, Imam Asy’ari, Imam al-Maturidi, pemuka-pemuka Mu’tazilah seperti Wasil Ibn ‘Ata’, Abu al-Huzail, al-Nazzam dan al-Zubair dalam bidang teologi, zunnun al-Misri, Abu Yazid al-Bustami dan al-Hajjaj dalam mistisisme atau al-Tasawwuf, al-Kindi, al-Farabi, Ibn Sina dan Ibn Miskawaih dalam filsafat, dan Ibn Hasyam, Ibn Hayyan, al-Khawarijmi, al-Mas’udi dan al-Razi dalam bidang ilmu pengetahuan 
 Fase Disintegrasi (1000 M-1250 M)
Di masa ini, keutuhan umat Islam dalam bidang politik mulai pecah, keuasaan khalifah menurun dan akhirnya Baghdad dapat dirampas dan dihancurka oleh Hulagu pada tahun 1258 M. Khalifah, sebagai lambang kesatuan politik umat Islam hilang.

         2.      Periode Pertengahan (1250 M-1800 M)
Periode pertengahan ini juga dibgi oleh Prof. Dr. Harun Nasution ke dalam dua fase, yaitu fase kemunduran dan fase tiga kerajaan besar.




          Fase Kemunduran (1250 M-1500 M
Dalam fase ini, disentralisasi dan disintegrasi meningkat. Perbedam antara Sunni dan Syi’ah dan demikian juga antara Arab an Persia semakin nyata terlihat. Dunia Islam terbagi dua, yaitu bagian Arab dan bagian Persia.
Bagian Arab yang terdiri atas Arabia, Irak, Suria, Palestina Mesir dan Afrika Utara, dengan Mesir sebagai pusat,
Bagian Persia yang terdiri atas Balkan, Asia kecil, Persia dan Asia Tengah, dengan Iran Sebagai Pusat.
Kebudayaan Persia mengambil bentuk Internasional dan dengan demikan mendesak lapangan kebudayaan kebudayan Arab. Pendapat bahwa pintu ijtihad tertutup makin meluas di kalangan umat Islam. Demikian juga tarekat dengan pengaruh negatifnya, perhatian terhadap ilmu pengetahuan menjadi sangat kurang. Umat Islam di Spanyol dipaksa masuk Kristen atau keluar dari daerah tersebut.

          Fase Tiga Kerajaan Besar (1500 M-1800 M)
Tiga kerajaan besar yang dimaksud dalam fase ini ialah Kerajaan Utsmani (Ottoman Empire) di Turki, Kerajaan Safawi di Persia dan Kerajaan Mughal di India.
Fase tiga kerajaan besar ini, oleh Prof. Dr. Harun Nasution dibagi kembali dalam dua periode lagi, yaitu dimulai dengan aman kemajuan (1500 M-1700 M) dan zaman kemunduran (1700 M-1800 M).
Di masa kemajuan, ketiga kerajan besar ini mempunyai kejayaan masing-masing teruama dalam bentuk literatur dan arsitek. Mesjid-mesjid dan gedung-gedung indah yang didirikan di zaman ini masih dapat dilihat di Istambul, Tibriz, Isfahan serta kota-kota lian di Iran dan di Delhi. Kemajuan umat Islam di zaman ini lebih banyak merupakan kemajuan di periode klasik. Prhatian terhadap ilmu pengetahuan masih kurang sekali.
Di masa kemunduran, Kerajaan Utsmani terpukul oleh Eropa. Kerajaan Safawi dihancurkan oleh serangn-serangan suku bangsa Afghan, sedangkan daerah kekuasaan Kerajaan Mughal diperkecil oleh pukulan-pukulan raja-ra India. Kekuatan militer dan kekuatan politik umat Islam menurun. Umat Islam dalam keadaan mundur dan statis. Dalam pada itu, Eropa dengan kekayaan-kekayaannya yang diangkut dari Amerika dam Timur Jauh, bertambah kaya dan maju. Penetrasi Barat yang kekuatannya meningkat ke dunia Islam yang kekuatanya menurun, kian mendalam dan kian meluas. Akhirnya Napoleon pada ahun 1798 M menduduki Mesir, sebagai salah satu pusat Islam yang terpenting.

3.      Periode Modern ( sejak 1800 M)
Periode modern ialah zaman kebangkitan kembali umat Islam. Jatunya Mesir ke tangan Barat menyadarkan dunia Islam akan kelemahannya dan menyadarkan umat Islam bahwa Barat telah mempunyai peradaban baru yang lebih tnggi dan merupakan ancaman bagi Islam. Raja-raja dan pemuka-pemuka Islam mulai memikirkan bagaimana meningkatkan mutu dan kekuatan umat Islam kembali. Pada periode modern inilah timbul ide-ide pembaharuan dalam Islam.

v              Adapun periodesasi dari keterangan lain, membagi periode perkembangan pendidikan Islam menjadi empat:
§          Periode pembinaan
Periode ini mulai semenjak munculnya Islam hingga akhir Negara Umayyah.
§                   Periode keemasan
Mulai dengan kerajaan Abasyah hingga rupntuhnya kekhalifahan Abasyah dan runtuhnya kota Baghdad.
§          Periode keruntuhan dan kehanjuran
       Periode ini mulai dengan kekuasaan Turki Usmaniyah sampai terlepasnya Negara-negara Arab dari kekuasaan itu.
§          Periode pembaharuan dan pembinaan kembali
       Periode ini meliputi terlepasnya Negara-negara Arab dari kekuasaan Turki yang berkelanjutan sampai sekarang.




BAB III
PENUTUP


Kesimpulan
            Konsep adalah ide abstrak untuk mengklasifikasi objek-objek yang biasanya dinyatakan dalam suatu istilah sehingga seseorang dapat mengerti suatu konsep dengan jelas.  Dengan menguasai konsep seseorang dapat menggolongkan dunia sekitarnya menurut konsep itu.

Pengertian dari ruang lingkup adalah batasan. ruang lingkup juga dapat dikemukakan pada bagian variabel-variabel yang diteliti, populasi atau subjek penelitian, dan lokasi penelitian. penggambaran ruang lingkup dapat kita nilai dari data karakteristik responden perlu dilakukan untuk memperoleh gambaran yang komprehensif tentang bagaimana keadaan responden penelitian kita, yang boleh jadi diperlukan untuk melihat data hasil pengukuran variabel-variabel yang diteliti.

Makalah hubungan pendidikan dan kebudayaan



BAB 1
PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG         
Pendidikan secara praktis tak dapat dipisahkan dengan nilai-nilai budaya. Dalam menjaga dan melestarikan kebudayaan sendiri, secara proses mantransfernya yang paling efektif dengan cara pendidikan. Keduanya sangat erat sekali hubungannya karena saling melengkapi dan mendukung antara satru sama lainnya.
seiring dengan kemajuan jaman, tradisi dan kebudayaan daerah yang pada awalnya dipegang teguh, di pelihara dan dijaga keberadaannya oleh setiap suku, kini sudah hampir punah. Pada umumnya masyarakat merasa gengsi dan malu apabila masih mempertahankan dan menggunakan budaya lokal atau budaya daerah. Kebanyakan masyarakat memilih untuk menampilkan dan menggunakan kesenian dan budaya modern daripada budaya yang berasal dari daerahnya sendiri yang sesungguhnya justru budaya daerah atau budaya lokallah yang sangat sesuai dengan kepribadian bangsanya.

B.RUMUSAN MASALAH
  1. Apa pengertian pendidikan itu ?
  2. Apa pengertian budaya itu?
  3. Bagaimana hubungan pendidikan dengan budaya?
  4. Bagaiman budaya carok di Madura?

C. TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah diatas dapat di simpulkan bahwa tujuannya adalah untuk mengetahui apa itu pendidikan ,budaya , bagaimana hubungan pendidikan dan budaya.dan bagaimana budaya carok di madura,


BAB 11
PEMBAHASAN
A. Pendidikan
1.Pengertian pendidikan
Dalam pengertian yang sederhana dan umum makna pendidikan adalah sebagai usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat.
Adapun menurut Carter V.Good dalam Dictinary of Education bahwa pendidikan itu mengandung pengertian:
1. Proses perkembangan kecakapan seseorang dalam bentuk sikap dan prilaku yang berlaku dalam masyarakatnya
2. Proses sosial dimana seseorang dipengaruhi oleh sesuatu lingkungan yang terpimpin (misalnya sekolah) sehingga ia dapat mencapai kecakapan sosial dan mengembangkan pribadinya.
Sedangkan menurut konsep yang dikemukakan oleh Freeman Butt dalam bukunya yang terkenal Cultural History of Western Education bahwa:Pendidikan adalah kegiatan menerima dan memberikan pengetahuan sehingga kebudayaan dapat diteruskan dari generasi ke generasi berikutnya.
Menurut Hasan Langgulung dalam bahasanya mengenai pendidikan adalah aktifitas yang dikerjakan oleh pendidikan dan filsafat-filsafat untuk menjelaskan proses pendidikan, menyelaraskan, mengkritik dan merubahnya berdasar masalah-masalah kontradiksi budaya.


2. Fungsi pendidikan
Menurut Horton dan Hunt, lembaga pendidikan berkaitan dengan fungsi yang nyata (manifes) berikut:
  • Mempersiapkan anggota masyarakat untuk mencari nafkah.
  • Mengembangkan bakat perseorangan demi kepuasan pribadi dan bagi kepentingan masyarakat.
  • Melestarikan kebudayaan.
  • Menanamkan keterampilan yang perlu bagi partisipasi dalam demokrasi.
Menurut David Popenoe, ada empat macam fungsi pendidikan yakni sebagai berikut:
  • Transmisi (pemindahan) kebudayaan.
  • Memilih dan mengajarkan peranan sosial.
  • Menjamin integrasi sosial.
  • Sekolah mengajarkan corak kepribadian.
  • Sumber inovasi sosial.
3. Tujuan pendidikan
Membicarakan tujuan pendidikan akan menyangkut system nilai dan norma – norma dalam suatu konteks kebudayaan ,baik dalam mitos kepercayaan dan religi,filsafat,ideology dan sebagainya .tujuan pendidikan disuatu Negara akan berbeda dengan tujuan di Negara lain ,sesuai dengan falsafah bangsa tersebut.Namun demikian dalam menentukan suatu tujuan ,ada beberapa nilai yang perlu diperhatikan ,seperti yang dikemukakan oleh UNESCO.
Tujuan pendidikan itu harus mengandung tiga nilai dibawah ini,yaitu:
  1. Otonomi yang berarti memberikan kesadaran ,pengetahuan,dan kemampuan kepada individu maupun kelompok ,untuk dapat hidup mandiri,dan hidup bersama dalam kehidupan yang lebih baik
  2. equity (keadilan),yang berarti bahwa tujuan pendidikan tersebut harus memberi kesempatan kepada seluruh warga masyarakat untuk dapat berpartisipasi dalam kehidupan berbudaya dan kehidupan ekonomi ,dengan memberinya pendidikan dasar yang sama .
  3. survival ,yang berarti bahwa ,dengan pendidikan akan menjamin pewarisan kebudayaan dari satu generasi kepada generasi berikutnya.
Dengan ketiga nilai diatas ,pendidikan mengemban tugas untuk menghasilkan generasi yang baik ,manusia-manusia yang lebih berkebudayaan ,manusia sebagai individu yang memiliki  kepribadian yang lebih baik.
B.BUDAYA
1.Pengertian budaya
Budaya atau yang dikenal dengan kata kebudayaan berasal dari bahasa Sansekertta yaitu kata Buddhayah, kata Buddhayah adalah bentuk jamak dari kata buddhi yang berarti sebagai hal hal yang b Budaya menurut antropologi adalah dasar terbentuknya kepribadian manusia. Budaya membentuk identitas seseorang, identitas masyarakat, dan identitas suatu bangsa.
Pendidikan sebagai suatu proses merupakan interaksi antara pendidik dan peserta didik dalam suatu masyarakat, pendidikan memiliki visi kehidupan hidup dalam masyarakat. Pendidikan adalah proses menaburkan benih-benih budaya dam peradaban manusia yang hidup yang dinafasi nilai-nilai atau visi yang berkembang dalam masyarakat.
Kebudayaan adalah proses, yang berarti selalu berada dalam mode transformasi. Budaya yang tidak mengalami transformasi adalah budaya yang mati.
Kebudayaan Indonesia mengalami transformasi akibat pengaruh budaya Hindu, Islam, dan barat. Budaya inilah yang berhasil membangun masyarakat dan bangsa Indonesia saat ini.
Sedangkan dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut dengan Culture, kata Culture sendiri berasal dari kata latin colere yang berarti mengola Sendangkan Pengertian budaya yang lebih lengkap, budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbada budaya dan menyesuiakan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari. Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.
Kebudayaan dibedakan antara kebudayaan (culture) dengan peradaban atau sipilisasi (civilization). Kebudayaan sebagai kultur adalah pengertian intrinsik dari budaya sebuah masyarakat atau sebuah bangsa, sementara dalam sipilisasi berarti terarah pada masyarakat modern yaitu kehidupan masyarakat yang ditandai dengan kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan peningkatan nilai-nilai kemanusiaan (humanisasi).
C.HUBUNGAN PENDIDIKAN DENGAN KEBUDAYAAN
Menurut DR. Sahiq Sama'an dalam al-Syaibany (1979) pendidikan adalah pendidikan yakni kegiatan yang dilakukan oleh pendidik-pendidik dan filosofis untuk menerangkan, menyelaraskan, mengecam dan merubah proses pendidikan dengan persoalan-persoalan kebudayaan dan unsur-unsur yang bertentangan didalamnya.
Dilihat dari sudut pandang individu, pendidikan merupakan usaha untuk menimbang dan menghubungkan potensi individu. Adapun dari sudut pandang kemasyarakatan, pendidikan merupakan usaha pewarisan nilai-nilai budaya dari generasi tua kepada generasi muda, agar nilai-nilai budaya tersebut tetap terpelihara, tulis Hasan Langgulung.
Maka sudah jelas bahwa pendidikan dan kebudayaan sangat erat sekali huibugan karena keduanya berkesinambungan, keduanya saling mendukung satu sama lainnya.
Dalam konteks ini dapat dilihat hubungan antara pendidikan dengan tradisi budaya serta kepribadian suatu masyarakat betapapun sederhananya masyarakat tersebut. Hal ini dapat dilihat bahwa tradisi sebagai muatan budaya senantiasa terlestarikan dalam setiap masyarakat, dari generasi ke generasi. Hubungan ini tentunya hanya akan mungkin terjadi bila para pendukung nilai tersebut dapat menuliskannya kepada generasi mudanya sebagai generasi penerus.
Transfer nilai-nilai budaya dimiliki paling efektif adalah melalui proses pendidikan. Dalam masyarakat modern proses pendidikan tersebut didasarkan pada program pendidikan secara formal. Oleh sebab itu dalam penyelenggarannya dibentuk kelembagaan pendidikan formal.
Seperti dikemukakan Hasan Langgulung bahwa pendidikan mencakup dua kepentingan utama, yaitu pengembangan potensi individu dan pewarisan nilai-nilai budaya. Maka sudah jelas sekali bahwa kedua hal tersebut pendidikan dan kebudayaan berkaitan erat dengan pandangan hidup suatu masyarakat atau bangsa itu masing-masing, kedua hal tersebut tidak dapat dipisahkan karena saling membutuhkan antara satu sama lainnya.
Dikatakan dengan pendapat Hasan Langgulung bahwa pendidikan dalam hubungan dengan individu dan masyarakat, akan tetapi dapat dilihat bagaimana garis hubung antara pendidikan dan sumber daya manusia. Dari sudut pandangan individu pendidikan merupakan usaha untuk mengembangkan potensi individu, sebaliknya dari sudut pandang kemasyarakatan pendidikan adalah sebagai pewarisan nilai-nilai budaya.
Dalam pandangan ini, pendidikan mengemban dua tugas utama, yaitu peningkatan potensi individu dan pelestarian nilai-nilai budaya. Manusia sebagai mahluk berbudaya, pada hakikatnya adalah pencipta budaya itu sendiri. Budaya itu kemudian meningkatkan sejalan dengan peningkatan potensi manusia pencipta budaya itu.
antara pendidikan dan kebudayaan terdapat hubungan yang erat yang berkenaan dengan hal nilai-nilai (HAR Tilaar, 1998:7). Menurut Tylor telah terjalin tiga pengertian: manusia, masyarakat, budaya sebagai tiga dimensi dalam hal yang sama. Pendidikan tidak terlepas dari kebudayaan dan hanya terlaksana dalam suatu masyarakat. Kebudayaan memiliki tiga unsur penting, yaitu sebagai tata kehidupan (order), sebagai proses, dan kebudayaan mempunyai visi tertentu.
Pendidikan  merupakan suatu sistem untuk meningkatkan kualitas hidup manusia dalam segala aspek kehidupan dan sekaligus sebagai upaya pewarisan nilai-nilai budaya bagi kehidupan manusia. Dengan demikian, pendidikan merupakan produk budaya dan sebaliknya budaya merupakan produk pendidikan. Brameld, menegaskan bahwa "proses kunci memperoleh kebudayaan adalah belajar dan kemudian meneruskan serta mengubah apa yang dipelajari itu".
Dengan demikian, Pendidikan adalah merupakan gejala kebudayaan, Pandangan bahwa pendidikan merupakan gejala kebudayaan didasarkan pada hal-hal berikut:
pertama,  Manusia Adalah Makhluk Budaya; Pendidikan hanya dapat dilakukan oleh makhluk yang berbudaya dan yang menghasilkan nilai kebudayaan yaitu manusia. Hal ini juga yang merupakan perbedaan antara manusia dan hewan dengan adanya budaya dan pendidikan. Sifat dunia hewan statis, dimana instink dan dan reflek sebagai pembatas (misalnya lingkungan air, udara dan tanah). Kehidupan tersendiri bagi hewan tersebut. Sifat dunia manusia terbuka, dimana manusia memberi arti bagi dunianya (secara kongkrit).
Kedua,  Perkembangan Pendidikan Sejajar Dengan Perkembangan Budaya; Pendidikan selalu berubah sesuai perkembangan kebudayaan, karena pendidikan merupakan proses transfer kebudayaan dan sebagai cermin nilai-nilai kebudayaan (pendidikan bersifat reflektif). Pendidikan juga bersifat progresif, yaitu selalu mengalami perubahan perkembangan sesuai tuntutan perkembangan kebudayaan. Kedua sifat tersebut berkaitan erat dan terintegrasi. Untuk itu perlu pendidikan formal dan informal (sengaja diadakan atau tidak). Perbedaan kebudayaan menjadi cermin bagi bangsa lain, membuat perbedaan sistem, isi dan pendidikan pengajaran sekaligus menjadi cermin tingkat pendidikan dan kebudayaan.
Ketiga, Pendidikan Informal dan Pendidikan Formal Sama Derajatnya dan Harus Ada Kesejajaran Tujuan; Pendidikan informal lebih dahulu ada dari pada pendidikan formal (education dan schooling), pendidikan informal merupakan unsur mutlak kebudayaan untuk semua tingkat kebudayaan yang muncul karena adanya pembagian kerja. Pada dasarnya keduanya disengaja dan gejala kebudayaan, pemisahan keduanya tidak berguna. Tugas kebudayaan bukan memonopoli lembaga pendidikan formal, tetapi kebersamaan warga dan negara karena segala unsur kebudayaan bernilai pendidikan baik direncanakan atau tidak.
Dengan demikian pendidikan merupakan ikhtiyar pembudayaan demi peradaban manusia. Tiap ikhtiyar pendidikan bermakna sebagai proses pembudayaan dan seiring bersama itu berkembanglah sejarah peradaban manusia. Seluruh sprektum kebudayaan hanya bisa dialihkan dari satu generasi ke generasi lain melalui pendidikan. Kalau demikian halnya, maka pendidikan tidak hanya merupakan prakarsa bagi terjadinya pengalihan pengetahuan dan ketrampilan tetapi juga melalui pengalihan nilai-nilai budaya dan norma-norma sosial.
Nilai-nilai budaya yang diwariskan merupakan unsur luar yang masuk ke dalam diri manusia, sementara dalam diri manusia ada unsur yang menonjol keluar seperti perkembangan potensi yang dimiliki manusia. Tugas utama pendidikan adalah berusaha mewariskan nilai-nilai budaya tersebut, sesuai dengan potensi dan "lingkungan" pada individu dan masyarakat. Hasan Langgulung, menyatakan sulit dibayangkan bahwa seseorang tanpa lingkungan yang memberi corak kepada watak dan kepribadian, sebab "lingkungan" inilah yang berusaha mewariskan nilai-nilai budaya yang dimilikinya dengan tujuan memelihara kepribadian dan identitas budaya tersebut sepanjang zaman. Sebab budaya dan peradaban bisa juga mati, apabila nilai-nilai,  norma-norma dan berbagai unsur lainnya yang dimiliki berhenti dan tidak berfungsi, artinya tidak atau belum sempat mewariskan nilai-nilai tersebut pada generasi penerus untuk diaplikasikan dalam kehidupan.

Maka pendidikan berada dalam maksud tersebut sebagai bagian dari proses pembudayaan
Analogi kausal :
Tidak ada suatu proses pendidikan tanpa kebudayaan dan tanpa masyarakat, tidak ada suatu kebudayaan dalam pengertian suatu proses tanpa pendidikan, proses kebudayaan dan pendidikan hanya dapat terjadi di dalam hubungan antarmanusia dalam suatu masyarakat tertentu.
Pendidikan dikaitkan dengan proses pembudayaan dan peradaban. Tidak mungkin peradaban dibangun tanpa budaya, namun budaya dapat dikembangkan tanpa perlu modernisasi. Berarti pendidikan adalah proses yang menggabungkan konsep membangun peradaban dan mengembangkan budaya kemanusiaan (a culture and civilized human being).
Tonggak transformasi budaya terlihat pada masa Kebangkitan Nasional (1908) dengan lahirnya kesadaran kemampuan intelektual sekelompok pemuda Sekolah Dokter Jawa. Tahun 1928, transformasi budaya terjadi lagi melalui Sumpah Pemuda sebuah gerakan emosional untuk bersatu sebagai Bangsa Indonesia. tahun 1945 lahir Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia yang menyatukan kekuatan otot, otak, dan emosional untuk melahirkan bangsa dan negara Republik Indonesia. Tahun 1965 terjadi transformasi budaya dengan lahirnya orde baru sebagai orde pembangunan. Tahun 1998 terjadi transformasi budaya ke arah Reformasi demokratisasi kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Transformasi kebudayaan orde baru telah mengorbankan kemerdekaan dan hak-hak asasi manusia. Terjadi marginalisasi nilai-nilai manusia, karena kepentingan pertumbuhan nasional dan ekonomi yang hanya menguntungkan kroni-kroni penguasa. Budaya egoisme dan kekuasaan sekelompok masyarakat telah menggantikan nilai-nilai universal dari budaya yang hidup dalam masyarakat dan Bangsa Indonesia.


D.BUDAYA  CAROK MADURA
       Budaya Carok adalah tradisi pembunuhan karena alasan tertentu yang berkaitan dengan harga diri dan kemudian diikuti oleh antar kelompok atau antar-klan menggunakan senjata (biasanya celurit).Tidak ada peraturan resmi dalam pertarungan ini karena carok merupakan tindakan yang dianggap negatif dan kriminal dan ilegal. Ini adalah bagaimana orang Madura dalam mempertahankan harga diri dan “keluar” dari masalah yang rumit.
      Biasanya, “carok” adalah cara terakhir oleh masyarakat Madura dalam memecahkan masalah. Carok biasanya terjadi ketika masalah datang yang menyangkut kehormatan / kebanggaan bagi orang-orang Madura (sebagian besar disebabkan ketidaksetiaan dan martabat / kehormatan keluarga)
     Banyak yang menganggap carok adalah tindakan keji dan bertentangan dengan ajaran agama meskipun orang Madura sendiri kental dengan agama Islam secara umum, namun, secara individu, banyak yang masih memegang tradisi carok.Kata carok sendiri berasal dari bahasa Madura yang berarti ‘bertarung dengan kehormatan’.
Adat dan kepribadian orang Madura merupakan titik tolak terbentuknya watak dengan prinsip teguh yang dipengaruhi oleh karakteristik geografis daerahnya. Satu prinsip yang menjadi fenomena orang Madura, ialah dikenal sebagai orang yang mampu mengambil dan menarik manfaat yang dilakukan dari hasil budi orang lain, tanpa mengorbankan kepribadiannya sendiri. Demikian pula orang Madura pada umumnya menghargai dan menjunjung tinggi rasa solidaritas kepada orang lain.
Sikap hidup semacam ini, menjadikan orang-orang Madura diluar Madura mudah dikenal, supel serta menunjukkan sikap toleran terhadap sesama. Kadang kontradiktif bila melihat penampilan fisik bila dibandingkan kenyataan hidup yang sebenarnya. Sebagai contoh, bila satu rumah tangga kedatangan tamu (apalagi tamu jauh), dapat dipastikan mereka sangat dihormati. Mereka berani berkorban untuk menjamu sang tamu, meski hanya secangkir air. Kalaupun dapat, mereka berusaha memuaskan dengan jamuan lebih, bahkan berani mencari hutang demi menghormati tamu. Tapi sebaliknya apabila penghargaan itu ditolak atau meski sedikit tidak mau dicicipi suguhannya, maka tamu tersebut berarti dianggap menginjak penghargaan tuan rumah. Dan kemungkinan semacam ini akan tumbuh benih-benih rasa benci dan dendam.
Sebagai suku yang hidup di kepualauan, orang Madura dijaman dulu kurang mendapat kesempatan untuk berinteraksi dengan dunia luar. Mereka sangat berhati-hati, dan akibatnya sesuatu yang datang dari luar merupakan ancaman bagi dirinya. Meskipun pada dasarnya mereka konservatif, yakni berusaha memelihara dan menjamin nilai-nilai yang mengakar dalam dirinya. Tapi dalam segi yang lain, orang Madura menunjukkan naluri yang kuat untuk menjamin dan bertahan kelangsungan hidup, karena mereka didorong untuk menerima dan memanfaatkan nilai-nilai yang terserap dari luar.
Banyak orang yang takut ketika bertemu dengan orang-orang Madura, mereka beranggapan bahwa orang Madura sangat keras, sangar, dan pemberani. Anggapan ini berawal dari tradisi yang sangat terkenal di Madura yaitu “Carok”. Peristiwa ini terjadi apabila seseorang bersitegang dengan orang lain. Karena prinsip orang Madura itu “Ango’ pote Tolang etembheng pote Matah”, yang artinya lebih baik putih tulang dari pada putih mata, makna dari kalimat ini adalah lebih baik mati dari pada harus menanggung malu.
     Prinsip inilah yang membuat orang Madura tempramental, karena mereka tidak mau malu di depan orang, jika mereka di buat malu pasti mereka akan sangat marah, sampai akhirnya bersitegang dan akhirnya “Carok”.
Menelusuri Sejarah Carok dan Celurit Carok dan celurit laksana dua sisi mata uang. Satu sama lain tak bisa dipisahkan. Hal ini muncul di kalangan orang-orang Madura sejak zaman penjajahan Belanda abad 18 M. Carok merupakan simbol kesatria dalam memperjuangkan harga diri (kehormatan). PADA zaman Cakraningrat, Joko Tole dan Panembahan Semolo di Madura, tidak mengenal budaya tersebut.
Budaya yang ada waktu itu adalah membunuh orang secara kesatria dengan menggunakan pedang atau keris. Senjata celurit mulai muncul pada zaman legenda Pak Sakera. Mandor tebu dari Pasuruan ini hampir tak pernah meninggalkan celurit setiap pergi ke kebun untuk mengawasi para pekerja. Celurit bagi Sakera merupakan simbol perlawanan rakyat jelata. Lantas apa hubungannya dengan carok? Carok dalam bahasa Kawi kuno artinya perkelahian. Biasanya melibatkan dua orang atau dua keluarga besar. Bahkan antar penduduk sebuah desa di Bangkalan, Sampang, dan Pamekasan. Pemicu dari carok ini berupa perebutan kedudukan di keraton, perselingkuhan, rebutan tanah, bisa juga dendam turun-temurun selama bertahun-tahun.Pada abad ke-12 M, zaman kerajaan Madura saat dipimpin Prabu Cakraningrat dan abad 14 di bawah pemerintahan Joko Tole, istilah carok belum dikenal. Bahkan pada masa pemerintahan Penembahan Semolo, putra dari Bindara Saud putra Sunan Kudus di abad ke-17 M tidak ada istilah carok.Munculnya budaya carok di pulau Madura bermula pada zaman penjajahan Belanda, yaitu pada abad ke-18 M. Setelah Pak Sakerah tertangkap dan dihukum gantung di Pasuruan, Jawa Timur, orang-orang bawah mulai berani melakukan perlawanan pada penindas. Senjatanya adalah celurit.
Saat itulah timbul keberanian melakukan perlawanan.Namun, pada masa itu mereka tidak menyadari, kalau dihasut oleh Belanda. Mereka diadu dengan golongan keluarga Blater (jagoan) yang menjadi kaki tangan penjajah Belanda, yang juga sesama bangsa. Karena provokasi Belanda itulah, golongan blater yang seringkali melakukan carok pada masa itu. Pada saat carok mereka tidak menggunakan senjata pedang atau keris sebagaimana yang dilakukan masyarakat Madura zaman dahulu, akan tetapi menggunakan celurit sebagai senjata andalannya.Senjata celurit ini sengaja diberikan Belanda kepada kaum blater dengan tujuan merusak citra Pak Sakera sebagai pemilik sah senjata tersebut. Karena beliau adalah seorang pemberontak dari kalangan santri dan seorang muslim yang taat menjalankan agama Islam.
Celurit digunakan Sakera sebagai simbol perlawanan rakyat jelata terhadap penjajah Belanda. Sedangkan bagi Belanda, celurit disimbolkan sebagai senjata para jagoan dan penjahat.Upaya Belanda tersebut rupanya berhasil merasuki sebagian masyarakat Madura dan menjadi filsafat hidupnya. Bahwa kalau ada persoalan, perselingkuhan, perebutan tanah, dan sebagainya selalu menggunakan kebijakan dengan jalan carok. Alasannya adalah demi menjunjung harga diri. Istilahnya, daripada putih mata lebih baik putih tulang. Artinya, lebih baik mati berkalang tanah daripada menanggung malu. Tidak heran jika terjadi persoalan perselingkuhan dan perebutan tanah di Madura maupun pada keturunan orang Madura di Jawa dan Kalimantan selalu diselesaikan dengan jalan carok perorangan maupun secara massal. Senjata yang digunakan selalu celurit. Begitu pula saat melakukan aksi kejahatan, juga menggunakan celurit.Kondisi semacam itu akhirnya, masyarakat Jawa, Kalimantan, Sumatra, Irian Jaya, Sulawesi mengecap orang Madura suka carok, kasar, sok jagoan, bersuara keras, suka cerai, tidak tahu sopan santun, dan kalau membunuh orang menggunakan celurit. Padahal sebenarnya tidak semua masyarakat Madura demikian.
Masyarakat Madura yang memiliki sikap halus, tahu sopan santun, berkata lembut, tidak suka bercerai, tidak suka bertengkar, tanpa menggunakan senjata celurit, dan sebagainya adalah dari kalangan masyarakat santri. Mereka ini keturunan orang-orang yang zaman dahulu bertujuan melawan penjajah Belanda.Setelah sekian tahun penjajah Belanda meninggalkan pulau Madura, budaya carok dan menggunakan celurit untuk menghabisi lawannya masih tetap ada, baik itu di Bangkalan, Sampang, maupun Pamekasan. Mereka mengira budaya tersebut hasil ciptaan leluhurnya, tidak menyadari bila hasil rekayasa penjajah Belanda.

Pergeseran Budaya Carok

Dewasa ini Carok yang dilakukan oleh saudara-saudara  Madura telah bergeser. Jika dahulu merupakan duel hidup mati dan bisa menyambung terus pada keturunannya hingga ke 7, maka sekarang ini Carok dilakukan secara pengecut. Beberapa kasus yang terjadi justru timbul dengan alasan yang tidak masuk akal. Hanya karena carger poncelnya dihilangkan, seorang saudara sepupu tega membunuh kakaknya dengan keroyokan(bolodewo-surabaya 12/1/2008). Gara-gara adiknya digoda tetangga, seorang kakak membunuh tetangganya dari belakang (Arimbi-surabaya1999). Gara-gara istrinya yang sudah dicerai 4 tahun silam kawin dengan temannya, mantan suaminya mengeroyok suami istrinya tersebut bahkan membunuh sang mantan istrinya (nyamplungan-surabaya 1993).

Carok yang terjadi sekarang berbeda dengan Carok pada masa kejayaannya. Carok yang dilakukan sekarang sistimnya keroyokan yang tidak berimbang. Kadang 1 lawan 3 atau 1 lawan 5. Celakanya lagi carok sekarang kebanyakan menggunakan pembunuh bayaran yang rela masuk penjara atas nama uang yang cuman Rp 100.000,-.. Contoh lagi yang sangat menggemparkan terjadi di tahun 2005 di desa Galis. Ramai tersiar kabar pembunuhan massal karena kalah jadi calon lurah.

Yang membuat esensi Carok menjadi terlihat pengecut justru terjadi apabila yang membunuh masuk penjara, maka yang akan menjadi incaran pembunuhan pihak korban adalah anaknya yang masih usia belasan atau saudara lainnya yang masih ada hubungan darah meski jauh. Dan ini kerap terjadi. Sekarang seorang tewas, maka dalam tempo 5 jam saudara atau keluarga pihak yang membunuh akan tewas dibantai di tempat lain. Karena itu tak jarang apabila seseorang telah melakukan pembunuhan pada orang lain, yang was-was justru keluarga lainnya, karena takut dibantai pula.

Tamperamental watak suku Madura yang keras dengan kondisi pulau yang panas, hampir penuh dengan perbukitan batu gamping dengan kontur tanah yang nyaris tandus dan sedikit sumber mata air, jelas mempengaruhi kondisi fisik maupun watak keras suku ini. Meski tidak semuanya demikian, namun hampei rata-rata berwatak keras dan bersuara lantang kadang suka ngomong yang ngawur.

Omongan inilah yang kerap jadi pemicu terjadinya Carok. Contoh kasus yang terjadi di Jakarta pada tahun 2006. Seorang Madura yang ditagih uang kontrakannya justru menjawab dengan “nanti saya bayar dengan clurit” membuat tuan rumah geram dan membantainya dengan 16 tusukan dan tewas seketika. Ini semua merupakan awal dari carok.

Meski iklim pesantren cukup membuat suasana watak suku Madura dingin, namun hal itu tak bertahan lama. Karena rata-rata para tokoh agamawan di Madura cenderung diam bila bicara soal harga diri. Hampir 90% masyarakat Madura memilih anaknya untuk di pondokkan ke pesantren ketimbang disekolahkan. Hal ini menurut beberapa sumber juga jadi penyebab tingkat pendidikan yang kurang menimbulkan pikiran pendek masyarakatnya. Tak jarang beberapa tokoh agamawan memberikan semacan azimat atau ijazah kepada mereka untuk keselamatan, celakanya yang terjadi justru adalah keselamatan bagi pembunuhnya bukan bagi target yang akan dibunuh.

Namun demikian, sekarang ini seiring dengan intelektual masyarakat madura yang mulai banyak mengerti karena berpendidikan tingga, menjadikan Carok mulai pudar sedikit demi sedikit. Carok yang awalnya bukan budaya Madura, kemudian bermetamorfosa dengan kondisi dan menjadi lekat dengan tradisi Madura, kini sedikit demi sedikit mulai ditinggalkan oleh generasi mudanya.














BAB III
PENUTUP

A .Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kebudayaan dengan pendidikan sangat erat sekali keduanya saling berkesinambungan dan tidak dapat dipisahkan karena saling dan membutuhkan antara satu sama lainnya.
Dalam konteks, dapat dilihat hubungan antara pendidikan dan kebudayaan. Kebudayaan akan terlestarikan dalam setiap ini tentunya hanya akan mungkin terjadi bila para generasi mudanya sebagai generasi penerus.
Transfer nilai-nilai budaya atau cara yang paling efektif dalam mentrasnfer nilai-nilai budaya adalah dengan cara proses pendidikan, karena keduanya sangat erat hubungannya.
Budaya Carok adalah tradisi pembunuhan karena alasan tertentu yang berkaitan dengan harga diri dan kemudian diikuti oleh antar kelompok atau antar-klan menggunakan senjata (biasanya celurit).Tidak ada peraturan resmi dalam pertarungan ini karena carok merupakan tindakan yang dianggap negatif dan kriminal dan ilegal. Ini adalah bagaimana orang Madura dalam mempertahankan harga diri dan “keluar” dari masalah yang rumit.Akan tetapi seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan pedidikan maka budaya carok itu sekarang sudah tergeserkan . Carok yang terjadi sekarang berbeda dengan Carok pada masa kejayaannya. Carok yang dilakukan sekarang sistimnya keroyokan yang tidak berimbang. Kadang 1 lawan 3 atau 1 lawan 5.




DAFTAR PUSTAKA

1. carakata.blogspot.com/.../pengertian-pendidikan-menurut-para-ahli.h.
2. raflengerungan.wordpress.com/...pendidikan/pengertian-pendidikan/
3. www.anneahira.com/artikel-pendidikan/pengertian-pendidikan.htm
4. imamnugraha.wordpress.com/2011/05/13/pengertian-budaya/
5. www.anneahira.com/macam-macam-budaya.htm      
7. //www.tretans.com